Rabu, 12 September 2012

MODIFIKASI KANDANG BURUNG HANTU DENGAN TIANG BESI DAN SENG PLAT PAKAI SISTEM KATROL


BAB I. PENDAHULUAN




1. Latar Belakang.

1.1.Hama Tikus di Perkebunan Kelapa Sawit.

Hama tikus merupakan salah satu hama yang sangat mengganggu di perkebunan kelapan sawit. Tikus merusak kelapa sawit dengan mengerat beberapa bagian dari tanaman kelapa sawit. Tikus menyerang kelapa sawit di semua umur kelapa sawit, mulai dari pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) bahkan juga pada tanaman menghasilkan (TM). Sehingga dapat menimbulkan kerugian yang besar pada perkebunan kelapa sawit.
Pada pembibitan tikus menyerang pada bagian ujung jaringan muda sehingga menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian bibit. Pada usia TBM tikus menyerang dengan mengerat umbut/titik tumbuh, gejalanya dapat dilihat dari bekas gerekan, lubang lubang di pangkal pelepah, bahkan sering ditemui pelepah yang putus/terkulai. Bahkan serangan ini bisa sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 (satu) tahun sehingga mengakibatkan kematian pada tanaman.
Pada tanaman menghasilkan (TM) tikus memakan mesokrap (daging buah) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah matang. Selain itu tikus juga menyerang bunga betina dan bunga jantan. Seekor tikus dapat mengkomsumsi mesokrap ± 4 gram per hari, sehingga kehilangan produksi dapat mencapai ± 5% dari produksi normal.

1.2. Pengendalian Tikus di Perkebunan Kelapa Sawit.

Pengendalian tikus di perkebunan Kelapa sawit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimia (racun tikus) dan cara alami (hewan predator tikus). Untuk pembibitan penanggulangan hama tikus dilakukan dengan cara memberi umpan racun tikus di sekitar tempat bibitan dan pengumpanan dilakukan kembali apabila ada serangan. Untuk TBM  (0 – 24 bulan) juga dengan memberikan umpan racun tikus disekitar pokok yang baru ditanam, dan apabila serangan berlanjut maka pengumpanan racun tikus harus dilakukan kembali.
Untuk TBM (> 24 bulan) dan TM pengendalian dapat dilakukan dengan mengeksploitasi burung hantu dan atau predator tikus lainnya. Namun apabila ada serangan tikus, dapat dibantu dengan pengumpanan racun tikus, dengan alasan untuk membantu burung hantu pada saat belum mampu mengendalikan tikus. Hal ini disebut pengendalian tikus dengan racun tikus dikombinasi dengan burung hantu. Akan tetapi hanya racun tikus dari golongan antikuagulan generasi I yang dianjurkan untuk dipakai, dimana racun tikus jenis ini tidak menyebabkan kematian sekunder pada burung hantu.

1.3. Pengendalian Tikus dengan Burung Hantu.

Pengendalian alami terhadap hama tikus memberikan harapan yang baik di masa mendatang, dimana sekarang ini masalah lingkungan sangat diperhatikan dalam industri kelapa sawit. Pemanfaatan burung hantu (Tyto Alba Javanica) sebagai pengendali alami hama tikus telah memberikan hasil yang cukup baik di sektor perkebunan kelapa sawit.
Burung hantu merupakan pemangsa tikus yang berpotensi karena kemampuan mencari dan mengkonsumsi mangsa lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemangsa lain dari Kelas Reptilia dan Mammalia. Mangsa utama burung hantu lebih dari 90% adalah jenis tikus, dengan kemampuan memangsa antara 3-5 ekor tikus per hari. Pendengaran yang tajam membuatnya mampu berburu di saat gelap. Mempunyai kaki yang kuat dan kuku yang tajam membuatnya menjadi pemburu yang handal, serta paruh yang kuat dan lebar  sehingga mampu menelan tikus yang utuh. Posisi mata pada satu sisi yaitu pada bagian depan membuatnya tidak pernah meleset saat menerkam mangsa.
Habitat alami burung hantu adalah di hutan dan bersarang di lobang-lobang pokok besar. Burung hantu juga menyukai rumah-rumah yang berloteng atau bangunan yang tidak dihuni seperti mesjid dan gereja yang jauh dari keramaian. Terakhir juga diketahui bahwa burung hantu mau menempati kandang yang dibuat oleh manusia.
Di perkebunan A...(edite)  sudah menjadi keharusan untuk membuat kandang burung hantu (KBH) untuk penangkaran burung hantu sebagai predator alami hama tikus. Adapun yang menjadi syarat kandang burung hantu adalah sebagai berikut:

  1. Kandang terbuat dari papan yang tahan air dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 100 cm x 70 cm x 50 cm.
  2. Atap terbuat dari seng, sebaiknya dilapisi nipah agar tidak terlalu panas.
  3. Terdapat pintu inspeksi dibagian samping kandang.
  4. Dibagian tengah terdapat sekat pemisah, untuk memisahkan tempat bertelur.
  5. Lantai kandang harus rata agar telur tidak berguling, dan induk bias mengerami telurnya.
  6. Tiang kandang harus kuat dan tinggi minimal 5,5 meter dan ditanam 75 – 120 cm dan dicor dengan campuran semen, pasir dan kerikil.
  7. Tiang dilapisi dengan seng sepanjang 50 cm agar binatang lain tidak bisa memanjat.
  8. Diberi nomor urut kandang serta bulan dan tahun pembuatan.
  9. Penempatan KBH :
    1. Penempatan lebih baik ditempat yang dinaungi pelepah, akan tetapi pelepah yang bersinggungan langsung harus dihindari untuk mencegar binatang lain masuk ke KBH.
    2. KBH ditempatkan di gawangan dan jauh dari jalan.
    3. Pintu KBH menghadap ke arah Utara/Selatan.
  10. Kepadatan (Rasio) KBH adalah 1 KBH untuk ± 25 Ha areal (Policy perusahaanyang berlaku).


1.4. Kandang Burung Hantu Model Tiang Kayu.

Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali alami hama tikus selama ini sudah dilakukan di PT Tu....(edite) dengan cara penempatan kandang Burung hantu buatan di setiap 25 Ha areal Kebun. Jadi untuk Kebun T..(edite) dengan luas areal 4070 Ha dibutuhkan kandang  sebanyak 162 unit.
Gambar 1. Kandang Burung Hantu model tiang  kayu.
 (sumber : Foto langsung)


 
Gambar 2. Kondisi Kandang Burung Hantu yang terbuat dari kayu.
 (sumber : Foto langsung)

Gambar 3. Pelaksanaan sensus KBH Model tiang kayu
(Sumber Foto Langsung)

 
BAB II. KERANGKA TEORI

            Untuk menjaga agar kandang burung hantu selalu dihuni adalah dengan mempertahankan kondisi kandang selalu dalam keadaan baik. Kandang harus tetap diatas tiang yang berdiri, atap tidak bocor, dinding tidak terbuka. Untuk itulah maka kandang harus disensus setiap 3 bulan untuk mengetahui kondisi kandang dan mengetahui apakah kandang masih dihuni.
            Pelaksanaan sensus kandang yang terbuat dari kayu memerlukan tenaga sensus sedikitnya harus 2 orang dan harus membawa peralatan sensus berupa tangga lipat 5 meter. Dalam pelaksanaannya tenaga sensus sering mengalami kesulitan karena harus membawa tangga ke tengah areal, disamping itu ketika mendirikan tangga juga mengalami kesulitan untuk posisi tangga yang pas dan tidak goyang. Karena kesulitan ini, ada kemungkinan tenaga sensus tidak melaksanakan sensus dengan benar sehingga data yang diperoleh tidak akurat.
            Kandang yang tiangnya terbuat dari kayu juga mempunyai kelemahan dimana  tiang cepat busuk dan kandang menjadi tumbang, sehingga harus sering mengganti kandang yang rusak akibat tumbang. Permasalahan yang sering terjadi adalah tiang kayu untuk KBH sangat sulit didapat. 
            Atas dasar pertimbangan diatas maka perlu dicari cara agar tiang dan kandang KBH  bisa bertahan lebih lama, dan lebih mudah untuk sensus dan mendapatkan data yang akurat. Salah satu cara penggantian dilakukan  dengan piva galpanis dan melakukan modifikasi kandang dari kayu ke seng plat, seta menggunakan sistem katrol untuk memudahkan sensus. , 

 
BAB III. METODE PERCOBAAN
3.1.Metode percobaan

Metode percobaan yang digunakan meliputi beberapa langkah berikut ini ;
1.      Pembuatan Tiang Kandang Burung Hantu
2.      Pembuatan Kandang Burung Hantu
3.      Pemasangan Kelapangan
4.      Pengamatan tingkat Hunian

3.2. Pembuatan Tiang Kandang Burung Hantu
Pembuatan Kandang Burung Hantu dari tiang besi menggunakan pipa galvanis 3”  digunakan sebagai tiang penyangga dilengkapi dengan system katrol. Gulungan kabel dilengkapi juga dengan system lock untuk menahan berat kandang pada saat naikkan kandang, dibagian system gulungan juga dibuatkan tempat penguncian dengan gembok, sehingga kandang aman saat ditinggalkan.
Untuk sitem katrolnya digunakan kabel sling ukuran 6 mm yang panjangnya ±12 meter, salah satu ujung kabel sling di ikat ke gulungan kabel dan ujung lainnya di ikatkan ke Kandang Burung Hantu yang digantung. Untuk mengikat di ujung kabel sling digunakan klem kabel, dan untuk pengikatan kabel di kandangnya harus memperhatikan agar posisi Kandang yang tergantung tetap dalam posisi yang rata. Katrol yang digunakan adalah 3 buah dan posisinya di tiap sudut tiang utama, fungsinya untuk mempermudah menaikkan dan menurunkan kandang.
Gulungan kabel dibuat dari besi as 1” yang ditopang dengan besi plat, dimana as ini bisa berputar diporosnya.  Diujung as gulungan ini padukan dengan piringan begerigi yang terbuat dari plat 4 mm, dipiringan inilah dibuatkan tempat untuk engkol yang digunakan untuk memutar gulungan kabel. Pinggir piringan ini dibuat bergerigi supaya bisa di tahan system lock, yang fungsinya sebagai pengaman saat naikkan dan turunkan kandang. Tempat engkol dibuat sedemikian rupa, sehingga engkol dapat dicabut-pasang dengan demikian dipasang pada saat menggunakan saja. Di piringan ini juga dibuatkan 3 buah lobang untuk memasukkan pen pegunci. Adapun dibuat tiga lobang agar nantinya saat gulungan terakhir bisa dipilih lobang yang tepat untuk mengunci.
Untuk penguncian dengan gembok dibuat suatu tempat gembok yang hanya muat satu tangan dan bukaannya dari bawah. Hal ini dibuat agar gembok tidak bisa dipukul sehingga menjadi lebih aman dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Untuk tempat mengaitkan gembok dibuat pen dari besi begol 12 mm, dimana ujung tempat gembok dibuat berlubang dan salah satu ujungnya dibuat penghalang. Pen dimasukkan dari lobang plat piringan  dan ujungnya di tempat gembok tadi, sehinggan pen pengunci ini juga berfungsi untuk menahan agar kandang tidak turun sendiri.


 
Gambar 3.1. Skets gambar Tiang dari Pipa Galvanis
Adapun perincian bahan dan biaya pembuatan tiang sperti tertera dalam tabel dibawah ini

.

Tabel 3.1. Perincian biaya pembuatan tiang KBH lengkap dengan sistem katrol


 







Gambar 3.2. Pipa Galvanis 3” untuk tiang KBH


 







Gambar 3.3. Pemakaian katrol untuk KBH

 







Gambar 3.4. Penempatan katrol untuk KBH


 






Gambar 3.5. Pembuatan Gulungan kabel seling


 







Gambar 3.6. Pemakaian system lock untuk keamanan sewaktu memutar katrol


 







Gambar 3.7. Pembuatan tempat gembok untuk keamanan dilapangan
3.3. Pembuatan Kandang Burung Hantu.

Untuk kandangnya dibuat dari kayu dan triplek dimana dinding dilapisi pakai seng plat. Pemakaian seng plat sebagai lapis adalah untuk menjaga agar kandang bisa lebih tahan lama karena kandang akan terhindar dari air hujan. Pemakain triplek untuk dinding bertujuan agar lebih ringan. Untuk lantai dibuat dari papan agar lebih tahan lama. Adapun perincian bahan dan biaya penbuatan kandang seperti dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. Biaya Pembuatan Kandang Burung Hantu.







 








Gambar 3.6. Pembuatan Kandang burung hantu.




3.4. Pemasangan Kandang Burung Hantu
            Setelah selesai pembuatan KBH dilakukan lengkap dengan tiang untuk berikutnya dilakukan pemasangan ke lapangan sesuai dengan kebutuhan dengan perincian biaya sebagai berikut
           
Tabel 3.3 Biaya pemasangan ke Lapangan.


Gambar 3.7. Pemasangan KBH ke lapangan



3.5. Pengamatan Tingkat Hunian.

            Setelah Pemasangan ke lapangan maka dilakukan pengamatan terhadap Burung Hantu yang menempati Kandang. Dari hasil pengamatan diperoleh data seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Pengamatan Hunian KBH di Kebun T... Afd II Blok B95a










 












Gambar 3.8 Foto Hasil Pengamatan KBH di Kebun T... Afd II Blok B95a





Gambar 3.8. KBH di KebunT..... Afd II Blok B95a


BAB IV PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan sensus pada Kandang Burung hantu, bahwa KBH model tiang besi pakai katrol, lebih menguntungkan dibandingkan dengan KBH model tiang kayu.  Adapun perbandingan pelaksanaan sensus sebagai berikut:

Pelaksanaan Sensus KBH Model Tiang Kayu:
  1. Tenaga sensus minimal 2 (dua) orang.
  2. Harus membawa tangga ke lapangan.
  3. Rawan kecelakaan (Terjatuh dari tangga)
  4. Akibat dari takut terjatuh ada kemungkinan data sensus dibuat buat.
  5. Data sensus yang diperoleh tidak akurat.

Pelaksanaan Sensus KBH Model Tiang Besi Pakai katrol:
  1. Tenaga sensus hanya 1 (satu) orang.
  2. Tidak pelu membawa tangga, hanya membawa engkol dan kunci untuk gembok.
  3. Data yang diperoleh lebih akurat karena pemeriksaan dilakukan dibawah.

Ditinjau dari ketersediaan bahan, bahwa bahan kayu terutama untuk tiang sekarang ini sudah sulit untuk mendapatkannya dan mahal harganya, sehingga untuk waktu jangka panjang sudah kurang efektif. Dengan adanya pemakaian KBH model tiang besi pakai katrol diharapkan mempunyai rentang waktu 25 tahun dibanding dengan KBH model tiang kayu hanya 3 tahun. Berikut ini biaya KBH model tiang kayu:

Analisa biaya menunjukkan biaya KBH model tiang besi pakai katrol Rp.1.510.281.- per unit, sedangkan KBH model tiang kayu Rp.633.060.- per unit. Mengenai analisa biaya ditunjukkan tabel dibawah ini:


            Jadi selain biaya pembuatan dan perawatan yang lebih murah dalam waktu jangka panjang, biaya sensus juga lebih murah. Pelaksanaan sensus KBH tiang kayu dengan out put 0,004 HK/Ha, sedangkan KBH model Tiang besi pakai katrol out put 0,002 HK/Ha (50% lebih hemat).  Perawatan sanitasi KBH juga lebih mudah karena Kandang berada dibawah saat sensus, hal ini juga akan mempengaruhi tingkat hunian KBH oleh burung hantu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar