BAB I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
1.1.Hama Tikus di Perkebunan
Kelapa Sawit.
Hama tikus merupakan salah satu hama yang
sangat mengganggu di perkebunan kelapan sawit. Tikus merusak kelapa sawit
dengan mengerat beberapa bagian dari tanaman kelapa sawit. Tikus menyerang
kelapa sawit di semua umur kelapa sawit, mulai dari pembibitan, tanaman belum
menghasilkan (TBM) bahkan juga pada tanaman menghasilkan (TM). Sehingga dapat
menimbulkan kerugian yang besar pada perkebunan kelapa sawit.
Pada pembibitan tikus menyerang pada
bagian ujung jaringan muda sehingga menghambat pertumbuhan atau menyebabkan
kematian bibit. Pada usia TBM tikus menyerang dengan mengerat umbut/titik
tumbuh, gejalanya dapat dilihat dari bekas gerekan, lubang lubang di pangkal
pelepah, bahkan sering ditemui pelepah yang putus/terkulai. Bahkan serangan ini
bisa sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 (satu) tahun
sehingga mengakibatkan kematian pada tanaman.
Pada tanaman menghasilkan (TM) tikus
memakan mesokrap (daging buah) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah
matang. Selain itu tikus juga menyerang bunga betina dan bunga jantan. Seekor
tikus dapat mengkomsumsi mesokrap ± 4 gram per hari, sehingga kehilangan
produksi dapat mencapai ± 5% dari produksi normal.
1.2. Pengendalian Tikus di Perkebunan Kelapa Sawit.
Pengendalian tikus di perkebunan Kelapa
sawit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimia (racun tikus) dan
cara alami (hewan predator tikus). Untuk pembibitan penanggulangan hama tikus dilakukan
dengan cara memberi umpan racun tikus di sekitar tempat bibitan dan pengumpanan
dilakukan kembali apabila ada serangan. Untuk TBM (0 – 24 bulan) juga dengan memberikan umpan
racun tikus disekitar pokok yang baru ditanam, dan apabila serangan berlanjut
maka pengumpanan racun tikus harus dilakukan kembali.
Untuk TBM (> 24 bulan) dan TM
pengendalian dapat dilakukan dengan mengeksploitasi burung hantu dan atau predator tikus lainnya. Namun apabila ada
serangan tikus, dapat dibantu dengan pengumpanan racun tikus, dengan alasan
untuk membantu burung hantu pada saat belum mampu mengendalikan tikus. Hal ini
disebut pengendalian tikus dengan racun tikus dikombinasi dengan burung hantu.
Akan tetapi hanya racun tikus dari golongan antikuagulan generasi I yang
dianjurkan untuk dipakai, dimana racun tikus jenis ini tidak menyebabkan
kematian sekunder pada burung hantu.
1.3. Pengendalian Tikus dengan Burung Hantu.
Pengendalian alami terhadap hama tikus
memberikan harapan yang baik di masa mendatang, dimana sekarang ini masalah
lingkungan sangat diperhatikan dalam industri kelapa sawit. Pemanfaatan burung
hantu (Tyto Alba Javanica) sebagai
pengendali alami hama tikus telah memberikan hasil yang cukup baik di sektor
perkebunan kelapa sawit.
Burung hantu merupakan pemangsa tikus yang
berpotensi karena kemampuan mencari dan mengkonsumsi mangsa lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pemangsa lain dari Kelas Reptilia dan Mammalia. Mangsa
utama burung hantu lebih dari 90% adalah jenis tikus, dengan kemampuan memangsa
antara 3-5 ekor tikus per hari. Pendengaran yang tajam membuatnya mampu berburu
di saat gelap. Mempunyai kaki yang kuat dan kuku yang tajam membuatnya menjadi
pemburu yang handal, serta paruh yang kuat dan lebar sehingga mampu menelan tikus yang utuh. Posisi mata pada satu sisi yaitu pada
bagian depan membuatnya tidak pernah meleset saat menerkam mangsa.
Habitat alami burung hantu adalah di hutan
dan bersarang di lobang-lobang pokok besar. Burung hantu juga menyukai rumah-rumah
yang berloteng atau bangunan yang tidak dihuni seperti mesjid dan gereja yang
jauh dari keramaian. Terakhir juga diketahui bahwa burung hantu mau menempati
kandang yang dibuat oleh manusia.
Di perkebunan A...(edite) sudah menjadi keharusan untuk membuat kandang
burung hantu (KBH) untuk penangkaran burung hantu sebagai predator alami hama
tikus. Adapun yang
menjadi syarat kandang burung hantu adalah sebagai berikut:
- Kandang
terbuat dari papan yang tahan air dengan ukuran panjang x lebar x tinggi =
100 cm x 70 cm x 50 cm.
- Atap terbuat
dari seng, sebaiknya dilapisi nipah agar tidak terlalu panas.
- Terdapat
pintu inspeksi dibagian samping kandang.
- Dibagian
tengah terdapat sekat pemisah, untuk memisahkan tempat bertelur.
- Lantai
kandang harus rata agar telur tidak berguling, dan induk bias mengerami
telurnya.
- Tiang
kandang harus kuat dan tinggi minimal 5,5 meter dan ditanam 75 – 120 cm
dan dicor dengan campuran semen, pasir dan kerikil.
- Tiang
dilapisi dengan seng sepanjang 50 cm agar binatang lain tidak bisa
memanjat.
- Diberi
nomor urut kandang serta bulan dan tahun pembuatan.
- Penempatan
KBH :
- Penempatan
lebih baik ditempat yang dinaungi pelepah, akan tetapi pelepah yang
bersinggungan langsung harus dihindari untuk mencegar binatang lain masuk
ke KBH.
- KBH
ditempatkan di gawangan dan jauh dari jalan.
- Pintu
KBH menghadap ke arah Utara/Selatan.
- Kepadatan
(Rasio) KBH adalah 1 KBH untuk ± 25 Ha areal (Policy perusahaanyang
berlaku).
1.4. Kandang Burung Hantu Model Tiang Kayu.
Pemanfaatan burung hantu sebagai
pengendali alami hama
tikus selama ini sudah dilakukan di PT Tu....(edite) dengan cara penempatan kandang Burung hantu
buatan di setiap 25 Ha areal Kebun. Jadi untuk Kebun T..(edite) dengan luas areal 4070 Ha dibutuhkan kandang sebanyak 162 unit.
Gambar 1. Kandang Burung Hantu model tiang kayu.
(sumber : Foto
langsung)
Gambar 2. Kondisi Kandang Burung Hantu yang terbuat
dari kayu.
(sumber : Foto
langsung)
Gambar 3. Pelaksanaan sensus KBH Model
tiang kayu
(Sumber
Foto Langsung)
BAB II. KERANGKA TEORI
Untuk
menjaga agar kandang burung hantu selalu dihuni adalah dengan mempertahankan
kondisi kandang selalu dalam keadaan baik. Kandang harus tetap diatas tiang
yang berdiri, atap tidak bocor, dinding tidak terbuka. Untuk itulah maka
kandang harus disensus setiap 3 bulan untuk mengetahui kondisi kandang dan
mengetahui apakah kandang masih dihuni.
Pelaksanaan sensus kandang yang
terbuat dari kayu memerlukan tenaga sensus sedikitnya harus 2 orang dan harus
membawa peralatan sensus berupa tangga lipat 5 meter. Dalam pelaksanaannya
tenaga sensus sering mengalami kesulitan karena harus membawa tangga ke tengah
areal, disamping itu ketika mendirikan tangga juga mengalami kesulitan untuk
posisi tangga yang pas dan tidak goyang. Karena kesulitan ini, ada kemungkinan
tenaga sensus tidak melaksanakan sensus dengan benar sehingga data yang diperoleh
tidak akurat.
Kandang yang tiangnya terbuat dari
kayu juga mempunyai kelemahan dimana tiang cepat busuk dan kandang menjadi tumbang,
sehingga harus sering mengganti kandang yang rusak akibat tumbang. Permasalahan
yang sering terjadi adalah tiang kayu untuk KBH sangat sulit didapat.
Atas dasar pertimbangan diatas maka
perlu dicari cara agar tiang dan kandang KBH
bisa bertahan lebih lama, dan lebih mudah untuk sensus dan mendapatkan
data yang akurat. Salah satu cara penggantian dilakukan dengan piva galpanis dan melakukan modifikasi kandang
dari kayu ke seng plat, seta menggunakan sistem katrol untuk memudahkan sensus.
,
BAB III. METODE PERCOBAAN
3.1.Metode percobaan
Metode percobaan yang digunakan meliputi beberapa langkah berikut ini ;
1.
Pembuatan Tiang Kandang Burung Hantu
2.
Pembuatan Kandang Burung Hantu
3.
Pemasangan Kelapangan
4.
Pengamatan tingkat Hunian
3.2. Pembuatan Tiang Kandang Burung Hantu
Pembuatan
Kandang Burung Hantu dari tiang besi menggunakan pipa galvanis 3” digunakan sebagai tiang penyangga dilengkapi
dengan system katrol. Gulungan kabel dilengkapi juga dengan system lock untuk
menahan berat kandang pada saat naikkan kandang, dibagian system gulungan juga
dibuatkan tempat penguncian dengan gembok, sehingga kandang aman saat
ditinggalkan.
Untuk
sitem katrolnya digunakan kabel sling ukuran 6 mm yang panjangnya ±12 meter,
salah satu ujung kabel sling di ikat ke gulungan kabel dan ujung lainnya di
ikatkan ke Kandang Burung Hantu yang digantung. Untuk mengikat di ujung kabel
sling digunakan klem kabel, dan untuk pengikatan kabel di kandangnya harus
memperhatikan agar posisi Kandang yang tergantung tetap dalam posisi yang rata.
Katrol yang digunakan adalah 3 buah dan posisinya di tiap sudut tiang utama,
fungsinya untuk mempermudah menaikkan dan menurunkan kandang.
Gulungan
kabel dibuat dari besi as 1” yang ditopang dengan besi plat, dimana as ini bisa
berputar diporosnya. Diujung as gulungan
ini padukan dengan piringan begerigi yang terbuat dari plat 4 mm, dipiringan
inilah dibuatkan tempat untuk engkol yang digunakan untuk memutar gulungan
kabel. Pinggir piringan ini dibuat bergerigi supaya bisa di tahan system lock,
yang fungsinya sebagai pengaman saat naikkan dan turunkan kandang. Tempat
engkol dibuat sedemikian rupa, sehingga engkol dapat dicabut-pasang dengan
demikian dipasang pada saat menggunakan saja. Di piringan ini juga dibuatkan 3
buah lobang untuk memasukkan pen pegunci. Adapun dibuat tiga lobang agar
nantinya saat gulungan terakhir bisa dipilih lobang yang tepat untuk mengunci.
Untuk penguncian dengan gembok dibuat suatu tempat
gembok yang hanya muat satu tangan dan bukaannya dari bawah. Hal ini dibuat
agar gembok tidak bisa dipukul sehingga menjadi lebih aman dari tangan-tangan
yang tidak bertanggung jawab. Untuk tempat mengaitkan gembok dibuat pen dari
besi begol 12 mm, dimana ujung tempat gembok dibuat berlubang dan salah satu
ujungnya dibuat penghalang. Pen dimasukkan dari lobang plat piringan dan ujungnya di tempat gembok tadi, sehinggan
pen pengunci ini juga berfungsi untuk menahan agar kandang tidak turun sendiri.
Gambar 3.1. Skets gambar Tiang dari Pipa
Galvanis
Adapun perincian bahan dan biaya pembuatan
tiang sperti tertera dalam tabel dibawah ini
.
Tabel 3.1. Perincian biaya pembuatan tiang KBH lengkap dengan sistem katrol
Gambar 3.2. Pipa Galvanis 3” untuk tiang KBH
Gambar 3.3. Pemakaian katrol untuk KBH
Gambar 3.4. Penempatan katrol untuk KBH
Gambar 3.5. Pembuatan Gulungan kabel seling
Gambar 3.6. Pemakaian system lock untuk keamanan sewaktu memutar katrol
Gambar 3.7. Pembuatan tempat gembok untuk keamanan dilapangan
3.3. Pembuatan Kandang Burung Hantu.
Untuk kandangnya dibuat dari kayu
dan triplek dimana dinding dilapisi pakai seng plat. Pemakaian seng plat
sebagai lapis adalah untuk menjaga agar kandang bisa lebih tahan lama karena
kandang akan terhindar dari air hujan. Pemakain triplek untuk dinding bertujuan
agar lebih ringan. Untuk lantai dibuat dari papan agar lebih tahan lama. Adapun perincian bahan dan biaya penbuatan
kandang seperti dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.2. Biaya Pembuatan Kandang Burung Hantu.
Gambar 3.6. Pembuatan Kandang burung hantu.
3.4. Pemasangan
Kandang Burung Hantu
Setelah selesai pembuatan KBH
dilakukan lengkap dengan tiang untuk berikutnya dilakukan pemasangan ke lapangan
sesuai dengan kebutuhan dengan perincian biaya sebagai berikut
Tabel 3.3 Biaya pemasangan ke Lapangan.
Gambar 3.7. Pemasangan KBH ke lapangan
3.5. Pengamatan Tingkat
Hunian.
Setelah Pemasangan ke
lapangan maka dilakukan pengamatan terhadap Burung Hantu yang menempati
Kandang. Dari hasil pengamatan diperoleh data seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.4. Pengamatan Hunian KBH di Kebun
T... Afd II Blok B95a
Gambar 3.8 Foto Hasil Pengamatan KBH di Kebun T... Afd II Blok B95a
Gambar 3.8. KBH di KebunT..... Afd II Blok B95a
BAB IV PEMBAHASAN
Dari
pelaksanaan sensus pada Kandang Burung hantu, bahwa KBH model tiang besi pakai
katrol, lebih menguntungkan dibandingkan dengan KBH model tiang kayu. Adapun perbandingan pelaksanaan sensus sebagai
berikut:
Pelaksanaan Sensus KBH Model Tiang Kayu:
- Tenaga
sensus minimal 2 (dua) orang.
- Harus membawa tangga ke lapangan.
- Rawan kecelakaan (Terjatuh dari tangga)
- Akibat dari takut terjatuh ada kemungkinan data
sensus dibuat buat.
- Data sensus yang diperoleh tidak akurat.
Pelaksanaan Sensus KBH Model Tiang Besi Pakai katrol:
- Tenaga
sensus hanya 1 (satu) orang.
- Tidak pelu
membawa tangga, hanya membawa engkol dan kunci untuk gembok.
- Data yang
diperoleh lebih akurat karena pemeriksaan dilakukan dibawah.
Ditinjau dari ketersediaan
bahan, bahwa bahan kayu terutama untuk tiang sekarang ini sudah sulit untuk
mendapatkannya dan mahal harganya, sehingga untuk waktu jangka panjang sudah
kurang efektif. Dengan adanya pemakaian KBH model tiang besi pakai katrol
diharapkan mempunyai rentang waktu 25 tahun dibanding dengan KBH model tiang
kayu hanya 3 tahun. Berikut ini biaya KBH model tiang kayu:
Analisa biaya menunjukkan
biaya KBH model tiang besi pakai katrol Rp.1.510.281.- per unit, sedangkan KBH
model tiang kayu Rp.633.060.- per unit. Mengenai analisa biaya ditunjukkan
tabel dibawah ini:
Jadi
selain biaya pembuatan dan perawatan yang lebih murah dalam waktu jangka
panjang, biaya sensus juga lebih murah. Pelaksanaan sensus KBH tiang kayu dengan out
put 0,004 HK/Ha, sedangkan KBH model Tiang besi pakai katrol out put 0,002
HK/Ha (50% lebih hemat). Perawatan
sanitasi KBH juga lebih mudah karena Kandang berada dibawah saat sensus, hal
ini juga akan mempengaruhi tingkat hunian KBH oleh burung hantu.